Di sabtu siang di kota Jakarta, seperti biasanya aku melakukan aktivitas layaknya anak kostan lainnya.
Nyuci baju,nyetrika, ngepel dan serentetan kegiatan membabu lainnya.
Bedanya, hari ini aku udah niatin ganti posisi tempat tidur dan lemari.
Makan waktu hampir setengah jam, akhirnya kamar nomor 3 ini memiliki posisi baru yang lebih fresh, segar dan moga-moga lebih bisa bangkitin mood positif.
Bicara tentang fresh, baru, segar, pikiran langsung tertuju pada julukan yang melekat pada seorang fresh graduate.
Fresh graduate merupakan sebutan yang biasa diberikan untuk mereka yang baru saja lulus dari bangku perkuliahan.
Ciri-cirinya mereka ga punya pengalaman kerja, tentu saja kecuali pengalaman magang, part time atau bantu emak, bapak, enci, koko, mas atau mbak jaga warung atau toko.
Sebagai seorang fresh graduate yang belum memiliki pengalaman menjadikannya pribadi yang tak terlalu pemilih soal pekerjaan.
Awal-awalnya semua pekerjaan dikerjakan semangat 100%, motivasi yang kuat hingga energi yang tak habis-habisnya.
Disuruh ini mau, disuruh kesana hayuk, lembur ga masalah, ada waktu luang belajar sendiri, baca buku ini dan itu, searching bahan yang belum dimengerti.
Wah luar biasa, pepatah Soekarno yang minta 1000 pemuda untuk mengguncang dunia terbukti valid di kejadian kayak diatas.
Namun….biarkan waktu berlalu, sebulan…lanjut dua bulan..lanjut…hingga hampir setahun.
DUARRRRR!!!!!
Ibarat balon yang pecah, lama kelamaan dia akan menyusut dan semangatnya hilang entah kemana.
Dari yang tidak biasa datang terlambat malah terbiasa datang terlambat.
Dari yang dulunya udah prepare besok bakal ngerjain apa, buat to do list apa, siapain kostum terbaik buat besok kerja, berubah selalu tergesa-gesa hingga terkadang ke kantor dalam keadaan yang engga banget.
Apakah masalah ini dialami oleh orang lain juga?
Ataukah ini hanya dialami orang yang mengklaim dirinya moody atau yang sering bosan terhadap rutinitas.
Wuhuyuu…………butuh narasumber ahli psikologis kali ya guna menjawab semua ini.
Baiklah, aku ngutip dari careernews.id yang ngadain survei berapa lama seseorang bertahan di pekerjaan pertama mereka.
Careernews ECC UGM menunjukkan hasil survei sebanyak 61,76 persen bertahan selama setahun atau kurang dari itu; 17,64 persen bertahan selama dua tahun; 8,82 persen bertahan selama tiga tahun; 4,42 persen bertahan selama empat tahun; dan hanya 7,36 persen yang bertahan selama lima tahun atau lebih.
Nah, perbedaan perolehan hasil survei itu dikarenakan oleh adanya perbedaan karakteristik si pengisi.
Hal itu dijelaskan oleh Sri Muliati Abdullah, Senior Assessor ECC UGM.
“Orang yang bekerja sampai dengan lima tahun menganggap perusahaannya itu merupakan perusahaan impiannya. Sementara yang bertahan setahun atau kurang merasa punya daya tawar yang tinggi. Mereka merasa ada bargaining atau tawar-menawar yang harus diperjuangkan dulu atas kompetensinya. Let’s see perusahaan ini seperti apa, begitu kira-kira yang dipikirkan,” terang Sri
Okay…balik lagi ke masalah fresh graduate yang tidak lagi bekerja tanpa gairah.
Kata passion sering jadi senjata ampuh bagi orang-orang baru untuk memilih pekerjaan.
Ternyata passion tak bisa jadi modal utama.
Kesuksesan dalam berkarya tak cukup bermodalkan passion, tetapi perlu juga yang dinamakan patience atau kesabaran.
Bener banget….gairah itu kalo ga diasah dan dilatih ya lama-lama bakal nguap dan ilang begitu saja.
Tapi yang namanya kesabaran itu kebentuk setelah proses demi proses.
Kayak ada yang pernah bilang orang bodoh kalah ama orang pinter, tapi orang pinter kalah ama orang yang melatih dirinya atau orang yang tekun.
Ketekunan terbentuk dari satu kesabaran ke kesabaran yang lain.
Jadi…tetaplah bersabar hai kaum fresh graduate… kalau semangat mulai hilang, ingat tujuan atau prosesnya pasti bawa hikmah yang baik.
Seolah setuju dengan apa yang apa yang aku tulis, tiba” ada lirik lagu dari overtune yang mengena di hati.
Kapanpun saat mimpi terasa jauh, saat duniamu mulai terasa pudar, dan kau merasa hilang dan mulai ga sanggup lagi. Ingat ada sayap yang akan selalu melindungmu.
Aku menyebutnya sebagai invisible hand atau guardian of life. Ya siapa lagi kalo bukan penulis skenario hidup.
Si penulis skenario ini, aku percaya ga mungkin konsepin alur hidup yang buruk buat pemainnya.
Mungkin ga enak, sulit tapi pasti berakhir happy ending -kan babe?
Baiklah…itung-itung latihan kembali nulis, maaf kalo ceritanya campur sana-sini. Buat yang udah baca. . See You On The Top *(EOS)